Twitter Updates

Tuesday, July 7, 2009

Anger Management

Anu: Ibuuw, lu ga pernah marah ya?
Via: heh? Marah? Ya pernah lah.. gelo kali kalo gua ga pernah marah. Mang robot? :P
Anu: Sumpeh lo bu? kayak apa? gua ga pernah liat lu marah2x
Via: Ga lah, jarang-jarang kok kalo gua marah, itupun kalo uda keterlaluan banget. Dulu malah gua ga bisa marah sama sekali. Hahaha sekarang uda mendingan loh! Uda bisa marah :P
Anu: Mank siapa yang pernah lu marahin?
...
...
.. and so on.. and so on..

Itulah pembicaraan soreku dengan seorang teman lama, beberapa waktu lalu. Topic of the day, "Anger Management".

Entah mengapa dia tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang satu itu, tapi itu membuatku berpikir.. Iya, memang.. kalau dibandingkan dengan 5 tahun lalu, aku sedikit banyak telah berubah. Dulu aku tidak pernah bisa, bahkan berpikir marah pun tak sanggup. Tapi sekarang, kalau ada yang menyerobot mobil, atau ada hal yang tidak "benar", aku bisa ngedumel sendiri.. Untung ngedumelnya sendiri, kalo didepan orang-orang.. bisa dikira gila kali hehehe

Aku pikir, marah itu wajar kok. Marah merupakan sebuah bagian dari emosi manusia, dan mengeluarkan amarah -seperti kata para ahli- juga baik untuk kita, daripada dipendam di dalam hati. Hanya saja, marah yang baik itu juga terkontrol. Kadang, kalau amarah itu tak terkontrol, pada akhirnya terjadi penyesalan, kita bisa mengeluarkan kalimat yang semestinya tidak kita keluarkan atau melakukan hal yang tidak semestinya kita lakukan.

Melalui pengalaman, aku mulai belajar mengontrol amarah. Bukan memendamnya.. tidak, tapi mengontrolnya.

Hidup ini saja sudah cukup complicated, ditambah lagi dengan tanggung jawab kita yang semakin lama semakin besar, setiap hari kita akan selalu diuji dan dipancing secara emosional. Nah, dari situ juga kematangan kita diuji.

Kemarin aku baca tulisan Samuel Mulia di koran Kompas yang berjudul "Mati". Walaupun seluruh bagian dari parodi itu menarik, ada 1 bagian yang menarik perhatianku:

Kritik membangun? Saya tak percaya itu. Kritik itu negatif sifatnya dan belum lagi mengutarakannya dengan cara yang membuat jantung deg-degan. Sementara membangun itu positif, bagaimana keduanya bisa dijadikan satu? Bukankah sama saja sia-sianya menyatukan siang dan malam?

Mungkin karena saya takut dikritik, penjelasan di atas itu hanya bisa-bisanya saya saja. Saya takut karena membangun itu kemungkinan juga berarti menjatuhkan dengan cara mulia. Itu pengalaman saya. Saya pernah mengkritik yang tampaknya membangun, tetapi di baliknya hanya punya niat satu, menjatuhkan.

Setelah membaca bagian itu, saya langsung berkata dalam hati, "hahaha.. hebat ini orang, pikirannya ga kayak orang biasa."

Nah, apa hubungannya penggalan itu dengan topikku ini? Ada. Tentu saja ada.

Kemarahan. Bisa jadi positive, bisa jadi negative. Jangan biarkan orang lain memancing amarahmu dan menjadikannya negative. Aku sendiri sedang belajar untuk mengubah amarah itu menjadi sesuatu yang positive. Sulit memang, tapi tidak ada salahnya mencoba. Percayalah, di dunia ini.. sebaik apapun kamu, pasti selalu ada orang yang akan mengkritikmu dan berusaha membuatmu marah. Seperti kata Samuel, mungkin saja di balik kata-kata "kritik membangun" itu ada sebagiannya yang sebetulnya ingin menjatuhkan. Who knows? So, just believe in yourself and don't easily get emotionally triggered.

Dan di sisi lain, kita harus selalu mengingatkan diri kita sebelum kita mencoba mengkritik orang lain. Apakah impactnya? Apakah memang betul diperlukan? Karena, mencoba memancing amarah orang lain hanya untuk menarik perhatiannya, bukanlah sesuatu yang mulia, masih banyak cara lain untuk menarik perhatian orang lain.

Dan ketika antrian kita diserobot orang lain, atau mobil kita dipotong oleh mobil lain, atau ketika orang lain melakukan kesalahan kecil, pikirlah ini.. "apakah kita tidak pernah menyerobot juga? apakah kita tidak pernah melakukan kesalahan juga? apakah memang kita lebih baik daripada dia?". Mungkin dengan begitu, kita bisa lebih mengontrol kemarahan kita.

Good luck in your anger management!

07.07.09 ~ via, trying to change anger to positive energy

PS: bagi yang ingin membaca tulisan Samuel Mulia yang saya maksud, silakan click disini

2 comments:

Re said...

Hi Vi, susah emang mengendalikan amarah, tapi buat aku semakin aku berumur, dengan sendirinya aku menjadi lebih tenang, mungkin itu yang orang bilang bijak kali ya?eniwei nice blog :) just come to mine, u r invited :)

-re-

Via said...

Hi Re,

Apa kabar dirimu disana? :)

Sorry baru baca commentmu sekarang. Terribly sorry.

Iya, betul kata kamu semakin berumur, biasanya seseorang akan jadi lebih bijak dan tenang. Mungkin karena lebih 'terbiasa' dengan situasi-situasi seperti itu.

Good on you!

Anyway, thanks for coming. Aku sudah mampir ke blogmu, dan sudah intip foto-fotomu di flickr juga. Nice :) keep up the good work!